- Back to Home »
- Fenomena Astronomi »
- Metamorfosa Kutub Utara
Baru-baru
ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi
ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer
persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh.
Menurut
peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu
mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan,
barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu
berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global,”
ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang
disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh.
Sekarang,
setelah adanya perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 1.950
kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan
dan menghubungkan dua pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini
bisa turut amblas. Dan, separo total area es bakal hilang dalam beberapa
tahun mendatang,” ujar Scambos.
“Beberapa kejadian akhir-akhir
ini merupakan titik yang memicu dalam perubahan sistem,” ujar Sarah Das,
peneliti dari Institut Kelautan Wood Hole. Perubahan di Antartika
sangat kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh bagian dunia.
Antartika
di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan
danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin
daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh,
bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur
rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus
90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya
es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu
mendapat perhatian serius peneliti.